Music

Minggu, 27 Januari 2013

Sandiwara Cinta





Aku tahu ini semua tak adil
Aku tahu ini sudah terjadi
Mau bilang apa aku pun tak sanggup
Air mata pun tak lagi mau menetes

 Setahun yang lalu, mata yang indah ini tak sesendu ini. 12 bulan yang lalu, hidung yang tak mancung ini tidak semerah ini. 52 minggu yang lalu, bibirku memiliki senyum yang sangat sangat indah. 365 hari yang lalu, wajahku memancarkan rona bahagia yang bisa terpantul kepada orang-orang di sekelilingku.
Yaa, tepat setahun yang lalu, di hari yang sama, kamu mengungkapkan perasaanmu kepadaku, kamu bilang kamu mau menemaniku menjalani hari demi hari bersamaku. Wanita mana yang tidak tersentuh mendengar kata-kata yang kamu ucapkan dengan sangat tulus itu. Dengan wajah yang tersipu malu, aku juga mengatakan, “aku mau kita menjalani hari esok bersama”.
3 bulan pertama, kita sering jalan bersama, bahkan kita tidak pernah melewati malam minggu sendirian, kita selalu bersama. Komunikasi sangat lancar, kita selalu telfon-an, sms-an, bbm-an, facebook-an, twitter-an dan skype-an.  Everything is a sweet moment at that time.
3 bulan berikutnya, kita masih sering jalan, tapi tidak sesering 3 bulan sebelumnya, karena kita masing-masing disibukkan dengan tugas kuliah kita. Tapi saat ada waktu kosong, kita selalu janjian untuk bertemu. Komunikasi masih sangat lancar, sama seperti sebelum-sebelumnya. And everything is still a sweet moment at that time.
        6 bulan kedua, hubungan kita sudah mulai renggang. Tidak ada lagi kata “aku sayang kamu” yang selalu kamu ucapkan ketika aku membuka mata di pagi hari dan di saat aku hendak terlelap, kecuali aku yang minta. Sempat tergoda dengan teman-temanku ketika mereka mengatakan kamu sudah tidak menyayangiku lagi, kamu mulai mundur secara perlahan. Tapi bodohnya, aku masih percaya kamu, karena aku sayang sama kamu.

Alasannya seringkali ku dengar
Alasannya seringkali kau ucap
Kau dengannya seakan ku tak tahu
Sandiwara apa yang telah kau lakukan kepadaku

Saat aku menelfon kamu, kita masih bicara seperti biasanya, tapi itu tidak berlangsung lama, kamu biasanya bilang kamu lelah mau istirahat, kamu lapar mau makan, kamu punya banyak tugas dari dosen yang harus kamu kerjakan, kamu mau mencuci motor, kamu mau keluar sama teman, dan jawaban yang sama yang sering aku ucapkan, “oh iya sayang... istirahat saja dulu, makan saja dulu, kerjakan saja tugasnya nanti tugasnya tidak selesai-selesai gara-gara aku, cuci motornya dulu biar keliatan ganteng kayak yang punya, hati-hati di jalan sayang, aku sayang kamu”.
Beberapa minggu yang lalu aku mau ke toko buku, aku minta pacar aku tuk temenin, tapi dia-nya lagi sibuk dengan tugas-tugasnya, jadi ngajakin teman aku. Di toko buku, teman aku melihat jaket pacar aku di tempat penitipan barang, jaketnya tepat di atas tas cewek di dalam satu loker. Aku tidak curiga sama sekali, jaket begitu banyak dijual di pasaran, bukan cuma dia yang punya, dan tiak mungkin dia karena dia sedang mengerjakan tugas-tugasnya. Aku masih percaya dia, karena aku masih sayang dia.
Malam minggu tiba, aku ketemuan dengannya. Melepas kerinduan setelah hampir dua minggu tidak bertemu, contact-an juga sudah jarang. Malam minggu ini akan menjadi malam yang sangat menyenangkan, pikirku. Tapi ternyata perkiraanku meleset. Setiba di tempat makan, dia meletakkan handphone-nya di atas meja. Aku mengambil handphone-nya, ingin membuka-buka album fotonya. Baru sempat mencet tombol menu, dia langsung menggertakku. Aku terkaget, dan tiba-tiba air mataku menetes, dia tidak pernah memperlakukanku seperti ini sebelumnya. Dia merebut handphone yang masih ditanganku, sambil berlalu menuju kamar mandi meninggalkanku. Ribuan pertanyaan muncul dibenakku, apa , mengapa, kenapa, bagaimana, mengapa kenapa, mengapa bagaimana, kenapa mengapa, dan sebagainya.
Beberapa menit kemudian dia datang, aku dengan cepat membersihkan sisa-sisa air mata di pipi dan sekitar mataku. Aku tanya dia, apa dia baik-baik saja, apa dia punya masalah sehingga dia bisa semarah tadi. He said nothing and said sorry. Kami melanjutkan makan malam kami dan dia mengantarku pulang.
Sesampai di rumah, aku masih memikirkan kejadian tadi. Aku berfikir untuk menelfon dia, tapi aku urungkan niatku, aku cuma mengirimkan dia pesan singkat, aku  takut mendengar kata-kata kasar yang mungkin akan dia lontarkan kepadaku. Dia hanya bilang maaf, dan dia bilang dia ngantuk, mau tidur. “Nitey nite sayang, love you”, balasku.
Tiga hari berlalu sejak malam itu, dia tidak pernah menjawab telfonku, balas sms-nya hanya seadanya, tidak ada lagi kata-kata yang biasa membuatku tersenyum ketika membaca pesan darinya. Beberapa laporan dari teman-teman juga sudah aku terima tentang dirinya, tapi aku tidak percaya mereka, i am still believe him, because i love him so much.
Aku memutuskan untuk berhenti menghubunginya, aku mau tahu, apakah dia mencariku ketika aku tidak menghubunginya, apakah dia masih  rindu kepadaku. Tiap menit aku melihat handphone-ku, berharap ada sms darinya, tapi ternyata tidak ada, yang ada hanya perasaan nyesek karena menunggu hal yang tidak pasti.
Malam pun tiba, aku yang terus menunggu dan menunggu sambil mengingat-ingat kenangan kita berdua, kenangan yang tidak sedikit menurutku, kita telah menjalani hari yang begitu panjang bersama, dan kita juga pernah berharap suatu saat nanti kita bisa berada di dalam rumah yang sama, iya, di rumah kita, kita berdua menjadi sepasang suami-istri, dan itu mungkin hanya menjadi harapan semata.
Meneteskan air mata, mengantarku tertidur lelap malam tadi. Dan ketika membuka mata, aku mencari handphone, handphone-nya lowbat, dengan segera aku meraih charger, dan mengaktifkan handphone, berharap ada pesan darinya, dan alhamdulillah, ternyata benar ada. Ternyata pacar masih sayang aku. Aku buka smsnya, unpredictable, he said, “Maaf, aku tidak bisa lagi menemanimu menjalani hari esok”. Aku beberapa kali mengulang membaca pesan itu sampai bulir-bulir air mataku menetes.
“the number you’re calling is not active, please try again in a few minutes”, puluhan kali aku menghubunginya, puluhan  kali juga aku mendengar jawaban dari operator tersebut.

Mungkin ini jalan yang engkau mau
Mungkin ini jalan yang kau inginkan
Kau dengannya seakan ku tak tahu
Sandiwara apa, ceritanya apa, aku tahu

Jujurlah sayang aku tak mengapa
Biar semua jelas telah berbeda
Jika nanti aku yang harus pergi
Ku terima walau sakit hati


*TIDAK SAMPAI SEJAM :)

8 komentar: