Aku tahu ini semua tak adil
Aku tahu ini sudah terjadi
Mau bilang apa aku pun tak sanggup
Air mata pun tak lagi mau menetes
Setahun yang lalu, mata yang
indah ini tak sesendu ini. 12 bulan yang lalu, hidung yang tak mancung ini
tidak semerah ini. 52 minggu yang lalu, bibirku memiliki senyum yang sangat
sangat indah. 365 hari yang lalu, wajahku memancarkan rona bahagia yang bisa
terpantul kepada orang-orang di sekelilingku.
Yaa, tepat setahun yang lalu, di
hari yang sama, kamu mengungkapkan perasaanmu kepadaku, kamu bilang kamu mau
menemaniku menjalani hari demi hari bersamaku. Wanita mana yang tidak tersentuh
mendengar kata-kata yang kamu ucapkan dengan sangat tulus itu. Dengan wajah
yang tersipu malu, aku juga mengatakan, “aku mau kita menjalani hari esok
bersama”.
3 bulan pertama, kita sering
jalan bersama, bahkan kita tidak pernah melewati malam minggu sendirian, kita
selalu bersama. Komunikasi sangat lancar, kita selalu telfon-an, sms-an,
bbm-an, facebook-an, twitter-an dan skype-an.
Everything is a sweet moment at that time.
3 bulan berikutnya, kita masih
sering jalan, tapi tidak sesering 3 bulan sebelumnya, karena kita masing-masing
disibukkan dengan tugas kuliah kita. Tapi saat ada waktu kosong, kita selalu
janjian untuk bertemu. Komunikasi masih sangat lancar, sama seperti
sebelum-sebelumnya. And everything is still a sweet moment at that time.
6 bulan kedua, hubungan kita
sudah mulai renggang. Tidak ada lagi kata “aku sayang kamu” yang selalu kamu
ucapkan ketika aku membuka mata di pagi hari dan di saat aku hendak terlelap,
kecuali aku yang minta. Sempat tergoda dengan teman-temanku ketika mereka
mengatakan kamu sudah tidak menyayangiku lagi, kamu mulai mundur secara
perlahan. Tapi bodohnya, aku masih percaya kamu, karena aku sayang sama kamu.
Alasannya seringkali ku dengar
Alasannya seringkali kau ucap
Kau dengannya seakan ku tak tahu
Sandiwara apa yang telah kau lakukan kepadaku
Saat aku menelfon kamu, kita
masih bicara seperti biasanya, tapi itu tidak berlangsung lama, kamu biasanya
bilang kamu lelah mau istirahat, kamu lapar mau makan, kamu punya banyak tugas
dari dosen yang harus kamu kerjakan, kamu mau mencuci motor, kamu mau keluar
sama teman, dan jawaban yang sama yang sering aku ucapkan, “oh iya sayang...
istirahat saja dulu, makan saja dulu, kerjakan saja tugasnya nanti tugasnya
tidak selesai-selesai gara-gara aku, cuci motornya dulu biar keliatan ganteng
kayak yang punya, hati-hati di jalan sayang, aku sayang kamu”.
Beberapa minggu yang lalu aku mau
ke toko buku, aku minta pacar aku tuk temenin, tapi dia-nya lagi sibuk dengan
tugas-tugasnya, jadi ngajakin teman aku. Di toko buku, teman aku melihat jaket
pacar aku di tempat penitipan barang, jaketnya tepat di atas tas cewek di dalam
satu loker. Aku tidak curiga sama sekali, jaket begitu banyak dijual di
pasaran, bukan cuma dia yang punya, dan tiak mungkin dia karena dia sedang
mengerjakan tugas-tugasnya. Aku masih percaya dia, karena aku masih sayang dia.
Malam minggu tiba, aku ketemuan
dengannya. Melepas kerinduan setelah hampir dua minggu tidak bertemu,
contact-an juga sudah jarang. Malam minggu ini akan menjadi malam yang sangat
menyenangkan, pikirku. Tapi ternyata perkiraanku meleset. Setiba di tempat
makan, dia meletakkan handphone-nya di atas meja. Aku mengambil handphone-nya,
ingin membuka-buka album fotonya. Baru sempat mencet tombol menu, dia langsung
menggertakku. Aku terkaget, dan tiba-tiba air mataku menetes, dia tidak pernah
memperlakukanku seperti ini sebelumnya. Dia merebut handphone yang masih
ditanganku, sambil berlalu menuju kamar mandi meninggalkanku. Ribuan pertanyaan
muncul dibenakku, apa , mengapa, kenapa, bagaimana, mengapa kenapa, mengapa
bagaimana, kenapa mengapa, dan sebagainya.
Beberapa menit kemudian dia
datang, aku dengan cepat membersihkan sisa-sisa air mata di pipi dan sekitar
mataku. Aku tanya dia, apa dia baik-baik saja, apa dia punya masalah sehingga
dia bisa semarah tadi. He said nothing and said sorry. Kami melanjutkan makan
malam kami dan dia mengantarku pulang.
Sesampai di rumah, aku masih
memikirkan kejadian tadi. Aku berfikir untuk menelfon dia, tapi aku urungkan
niatku, aku cuma mengirimkan dia pesan singkat, aku takut mendengar kata-kata kasar yang mungkin
akan dia lontarkan kepadaku. Dia hanya bilang maaf, dan dia bilang dia ngantuk,
mau tidur. “Nitey nite sayang, love you”, balasku.
Tiga hari berlalu sejak malam
itu, dia tidak pernah menjawab telfonku, balas sms-nya hanya seadanya, tidak
ada lagi kata-kata yang biasa membuatku tersenyum ketika membaca pesan darinya.
Beberapa laporan dari teman-teman juga sudah aku terima tentang dirinya, tapi
aku tidak percaya mereka, i am still believe him, because i love him so much.
Aku memutuskan untuk berhenti
menghubunginya, aku mau tahu, apakah dia mencariku ketika aku tidak
menghubunginya, apakah dia masih rindu
kepadaku. Tiap menit aku melihat handphone-ku, berharap ada sms darinya, tapi
ternyata tidak ada, yang ada hanya perasaan nyesek karena menunggu hal yang
tidak pasti.
Malam pun tiba, aku yang terus
menunggu dan menunggu sambil mengingat-ingat kenangan kita berdua, kenangan
yang tidak sedikit menurutku, kita telah menjalani hari yang begitu panjang
bersama, dan kita juga pernah berharap suatu saat nanti kita bisa berada di
dalam rumah yang sama, iya, di rumah kita, kita berdua menjadi sepasang
suami-istri, dan itu mungkin hanya menjadi harapan semata.
Meneteskan air mata, mengantarku
tertidur lelap malam tadi. Dan ketika membuka mata, aku mencari handphone,
handphone-nya lowbat, dengan segera aku meraih charger, dan mengaktifkan
handphone, berharap ada pesan darinya, dan alhamdulillah, ternyata benar ada.
Ternyata pacar masih sayang aku. Aku buka smsnya, unpredictable, he said,
“Maaf, aku tidak bisa lagi menemanimu menjalani hari esok”. Aku beberapa kali
mengulang membaca pesan itu sampai bulir-bulir air mataku menetes.
“the number you’re calling is not
active, please try again in a few minutes”, puluhan kali aku menghubunginya,
puluhan kali juga aku mendengar jawaban
dari operator tersebut.
Mungkin ini jalan yang engkau mau
Mungkin ini jalan yang kau inginkan
Kau dengannya seakan ku tak tahu
Sandiwara apa, ceritanya apa, aku tahu
Jujurlah sayang aku tak mengapa
Biar semua jelas telah berbeda
Jika nanti aku yang harus pergi
Ku terima walau sakit hati
*TIDAK SAMPAI SEJAM :)
Ulfah T.T
BalasHapusIchal T.T
Hapuslagux mo sya,. :D
Hapusambilmi.. :D
Hapusdehh.... sedih+to teet...
BalasHapuscetar membahana ji? :D
BalasHapusiyah,,, sampai rumbang mi !ulpah
BalasHapusmakanya pakai bulu mata anti rumbang :D
Hapus